Kamis, 22 Januari 2015

Petualangan Azka di Pantai Anyer

Liburan dadakan super hemat
 Sebelumnya kami memutuskan tidak ada liburan khusus keluarga tahun ini karena ada beberapa pengeluaran tak terduga di akhir-akhir tahun 2014 yang cukup menguras dompet.

Untuk membuat anak-anak tetap happy kami hanya akan mengajak mereka berenang ke tempat berenang yang biasa tiap bulan kami kunjungi. Tapi mendadak di hari H suami berubah pikiran, dia mengajak kami ke pantai Anyer. 

“Ya, Anyer kan deket lagi pula kita ga nginep, paling telat abis magrib pulang.”

Jadilah kami ke Anyer tanpa persiapan khusus membawa banyak bekal makanan atau cemilan. Niat untuk ke pasar dahulu pun di urungkan karena harus berangkat pagi, biar di sananya puas, kata suami. Akhirnya kami membeli cemilan di sebuah minimarket.

Di rest area kami mampir ke restoran padang sederhana, membeli beberapa nasi bungkus untuk makan siang di Anyer. Ide ini sedikit banyak karena kasus rumah makan yang ‘menipu’ harga dan di posting di jejaring sosial beberapa waktu lalu. Terlebih ini liburan dadakan tanpa budget heheh
Perjalanan sangat lancar, hanya dalam waktu 2 jam lebih sedikit kami sampai ke kota Cilegon dan suami kembali  berubah pikiran, dia mengajak kita menginap sehari.

Untunglah saya membawa baju ganti anak-anak masing-masing dua pasang, tiga dengan yang dipakai, belum termasuk baju renang, sedangkan saya dan suami hanya satu.
“Gampang beli baju pantai saja yang mumer.”

Penginapan murah
Berhubung budget kami sangat terbatas, kami menginap di tempat yang super murah, 300 ribu semalam. Walaupun murah tetap kriteria utama bersih, nyaman, aman, parkir kendaraan luas dan aman dan toiletnya bersih berkeramik.  Alhamdulillah, kami menemukan kamar penginapan dengan kriteria itu letaknya dekat pantai pasir landai tanpa karang pula, tinggal menyebrang. Ruangannya mirip rumah petak kontrakan gitu. Si pemiliknya memiliki dua deret penginapan seperti ini, total di jumlah sekitar 8 kamar. Pemiliknya sendiri menempati rumah utama di depan. Parkir mobil cukup luas, di samping rumah penginapan kami ada minimarket, jadi bisa di bilang strategis. Sayang, saya lupa memfotonya.

Saat  kami menyimpan semua barang bawaan di kamar penginapan dan memutuskan pergi ke pantai, jam di pergelangan tangan menunjuk di angka 11. Panas terik tapi keinginan Azka untuk segera melihat pantai sudah tidak bisa di bendung. Jadilah kami berpanas-panasan di pantai. Karena tengah hari pantai relatif sepi.


Petualangan di mulai
Azka terlihat sangat antusias dan asik sendiri dengan khayalannya, sementara Khalifah masih terlihat ragu-ragu, butuh waktu untuk menyesuaikan diri. Khalifah masih takut mendekati bibir pantai. Pukul setengah dua  kami pulang ke penginapan, setelah mandi, maksi dan sholat, istirahat tidur.




Pukul lima kami kembali ke Pantai untuk menyaksikan sunset. Cuaca sore itu cerah sehingga kami bisa menikmati dan mengabadikan terbenamnya matahari.





(bukan) anak pantai
Besok paginya kami kembali ke pantai dengan niat menikmati sunrise tapi sayang cuaca pagi itu mendung. Berkas-berkas cahaya matahari terhalang gumpalan awan kelabu.  Tapi kekecewaan kami tertutupi dengan melihat deburan ombak yang cukup besar tapi terkendali sehingga memancing Azka untuk mencoba papan selancar.


Di kunjungan ke tiga ini pula Khalifah mulai on alias sudah  bisa menikmati ombak. Ehm, ternyata  cukup lama waktu yang dibutuhkan  Khalifah untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan asing pantai.  Azka dan Khalifah sama-sama menolak ketika kami ajak pulang, setelah di paksa barulah mau di ikuti permintaan,”Nanti ke sini lagi ya, Bi. Ya, Ma.”
Insyaallah.