Senin, 22 Desember 2014

Bu Wulan #PosBarHariIbu

Suatu hari 6 bulan lalu

Jam 6 pagi saya mengantarkan Azka ke sekolah. setelah memakaikan Azka baru menari  dan memastikan sudah duduk di barisan  antrian untuk di rias saya meninggalkannya, pulang ke rumah dengan langkah tergesa. Khawatir adiknya Khalif terbangun. Jarak dari rumah ke sekolah Azka cukup dekat bisa di tempuh dengan jalan kaki.

Hari itu hari perpisahan sekolah taman kanak-kanak, semua anak naik ke panggung menampilkan kreasi seni, menari dan menyanyi.

Azka akan tampil menari dengan beberapa temannya. Azka sangat suka menari, sebelumnya di ajang lomba menari antar tk seciputat Azka dan temannya-temannya menyandang gelar juara 3. Tak heran jika hari ini ia pun sangat antusias.

Jam setengah sembilan saya, abinya dan adiknya ke sekolah untuk menghadiri perpisahan kelas. Kami di sambut suasana meriah, lagu khas anak-anak, panggung yang hiasi balon dan anak-anak yang lari ke sana-kemari dengan dandanan cantik dan ganteng, memakai kostum untuk tampil di panggung.

Acara berlangsung meriah dan semua orangtua termasuk saya sibuk foto-foto.  Acara di tutup dengan pengumuman siswa-siswi berprestasi dan salaman antara guru, para siswa dan orangtua.

Suasana berubah menjadi haru dan saya tak menyangka Azka pun larut dalam suasana ini. Sepanjang perjalanan pulang Azka murung waktu kami tanya kenapa dia diam saja. Tapi saya bisa menebak kesedihannya. Azka sedih karena ini adalah hari terakhir bertemu teman-teman dan gurunya.

Kami menghibur dan mengatakan di sekolah baru nanti, Azka ketemu bu guru baru dan memiliki banyak teman baru.

Sampai rumah Azka langsung masuk kamarnya dan membenamkan dirinya ke tempat tidur. Saat saya lihat matanya berkaca-kaca.

“Aku sedih karena nanti ga ketemu bu Wulan lagi.” Bu Wulan adalah wali kelas Azka.
Kata Azka bu Wulan ga pernah marah.
“Kalau ada anak yang suka ganggu dan berisik di kelas bu Wulan ga marah?” tanya saya suatu hari.
“Marah tapi ga marah banget kayak Mama.”

Saya benar-benar tak menduga, perpisahannya dengan bu Wulan membuatnya sesedih itu terlebih Azka buka tipe anak yang melankolis alias gampang nangis untuk hal-hal yang berhubungan dengan emosi, cenderung keras.

Dari beberapa kali pertemuan dengan bu Wulan, saya menilai bu Wulan tipe bu guru yang pendiam, senyumnya malu-malu, bicaranya sopan dan halus. Tak heran jika semua murid-murid menyukai dan menyayanginya.

bu Wulan berkerudung coklat



Selasa, 16 Desember 2014

Kak Melati

Sehabis mandi sore, Azka mengenakan pakaian piyama lengan pendek favoritnya. Baju yang tadinya mau saya ‘buang’ karena warnanya sudah pudar dan ketat di tubuh Azka. Tapi Azka melarang katanya masih bagus dan adem. Ehm, baju katun makin lusuh memang makin enak di pakenya ya, adem.  Mungkin itu juga yang dirasakan Azka.
Tapi sore ini agak berbeda, karena Azka mengenakan kerudung warna coklat sambil berkata;

“Aku mau kayak kak Melati pake kerudung.”
“Oh iya bagus donk, tapi kalau dalam rumah ga pake juga ga apa-apa, Mama juga kalau di dalam rumah di buka.”

“Enggak akh, aku mau kayak kak Melati. Kak Melati di rumah juga di pake, aku pernah ngeliat, mau mandi aja di bukanya.”

Selang beberapa jam Azka mengeluh kegerahan. Saya menyarankan membuka kerudungnya. Azka menolak dan masuk ke kamar menyalakan AC. Tak tak ingat kapan tepatnya akhirnya Azka membuka kerudungnya yang pasti saat saya mengajaknya gosok gigi kerudungnya sudah di lepas.

Selang beberapa hari, saat Azka minta ijin akan main ke rumah temannya (masih dalam satu komplek perumahan). Azka mengenakan baju lengan pendek plus kerudung.

“Bajunya kok pendek?”

“Biarin akh, kak Melati juga pernah pake baju pendek, pake kerudung.”

Kak Melati adalah tetangga kami, anak kelas 2 smp, paras wajahnya manis karakternya ramah. Dia selalu menyapa jika bertemu saya di manapun.

Pe-er buat Mama, kurang menarik di jadikan role model oleh Azka  #ambilkaca.


Selasa, 02 Desember 2014

Mango Muffin


Salah satu ide mengajak main si kecil, karena jadwal nonton sudah selesai dan menolak di bacakan buku, di suruh main mobil-mobilan juga ga mau dan merajuk minta nonton lagi, semenatra teman main yaitu kakaknya sekolah, jadilah mengajaknya bikin kue. dan in biasanya cukup efektif, entah suka mencampur-campurnya atau mencicipi semua bahan. 

Percobaan ketiga bikin muffin, kali ini mango muffin, sesuai judulnya jadi muffin ini menambahkan mangga sebagai campurannya.

Kebetulan juga lagi musim buah mangga, buah favorit Khalifah, jadi selalu ada stok selama musim mangga, mumpung murah juga hehhe.

Resep saya ambil dari buku seri makanan favorit penerbit gramedia, penulisnya Ambarini.

Berikut resepnya;

Bahan;
375 g tepung terigu
2 1/2 sdt baking powder
1/2 sdt garam
100 g coklat putih, potong dadu kecil
150 g mangga arum manis, potong dadu kecil
2 butir telur
300 cc susu
125 g gula pasir (kalau saya di kurangi karena udah manis dari coklat dan gak suka terlalu manis)
150 g mentega cairkan



Cara membuat;
1. Ayak tepung terigu, baking powder dalam baskom. masukkan garam dan campur rata.
2. masukkan coklat putih dan mangga, aduk. buat kawah di tengahnya.
3. Campurkan terigu, gula pasir, susu dan mentega hingga rata. Tuang ke dalam kawah terigu aduk asal tercampur saja.
4. Siapkan cetakan muffin yang sudah di olesi margarin
5. Panggang dalam oven 15-20 menit. angkat.


Hasilnya kurang ngembang ;( . Analisa saya ini karena potongan mangga dan coklatnya kebesaran, bobot adonan otomatis nambah jadi pengembang kurang mampu membuat adonan ngembang saat di oven.

Rabu, 01 Oktober 2014

Berantem

Awalnya saya mengira jika memiliki dua anak berlainan jenis, periodik mereka berselisih karena rebutan barang atau cemburu bakal jarang, terlebih jika si kaka perempuan, katanya suka mengalah.
Ehm,tapi itu sedikit berlaku untuk Azka, dalam sehari berkali-kali berselisih,entah karena memperebutkan sesuatu atau memperebutkan hal yang tidak jelas yang biasanya di picu rasa saling cemburu. Suatu hari pernah mereka berselisih di sebuah toko buku, keduanya nangis, saling dorong aga rmenjauhi saya, gara-gara, Kaka Azka bilang,”Ini mama aku.” Sambil memeluk saya. Khalif langsung berteriak,”Bukan, ini mama aku.”


Adakalanya saya cool menghadapi keributan keduanya. Membiarkan keduanya rebutan sampai nangis, tapi tetap mengawasi untuk mencegah saling pukul dan dorong yang bisa membahayakan.Lebih seringnya membuat emosi J . Katanya ini memang masanya mereka saling cemburu tapi sebenarnya mereka saling menyayangi.  Dan kalimat itu memang terbukti, suatu hari mereka berantem (menyebabnya saya lupa) keduanya merengek dan tak mau kalah, pada saat bersamaan saya hendak sholat (sudah wudhu), emosi saya agak tersulut nih dengan alasan menahan diri saya diam saja, masuk kamar lalu mengunci pintu untuk sholat.

Menyadari saya mengunci diri, terdengar tangisan Khalifah nangis di susul permintaan tolongnya pada Kaka.


Tak lama terdengar Kaka bicara,”Cup-cup, sini De sama Kaka, mamanya sholat dulu.”

Tak perlu khawatir berlebihan jika mereka berselisih walaupun begitu tetap tanamkan untuk saling berbagi, ada yang harus mengalah, rukun dan saling menyayangi.

Minggu, 21 September 2014

Surat Cinta Azka

Semenjak pindah kerja hampir setahun lalu, Abi tambah sibuk (super sibuk katanya), pergi pagi pulang malam, paling sore jam setengah sepuluh malam, bukan lembur karena untuk posisinya tak ada lembur. Meeting terus kayak maraton, katanya.

Efeknya, kedua si kecil kami dari senin hingga jumat hanya bertemu Abi tak sampai hitungan jam saat mereka melek, Azka malah tak sempat ketemu karena Azka berangkat sekolah lebih pagi (jemputan sekolah jam 6 pagi) Abi masih tidur (tidur lagi abis sholat shubuh). 

Weekend kemarin terasa istimewa karena saya menemukan surat ini  di atas topi Abi yang tergeletak di meja saat bangun tidur siang. saya pikir suami sudah melihat dan membacanya, jadi saya lipat surah itu dan simpan. sementara suami dan Azka pamit pergi ke pameran IIMS.

Saat malam mereka pulang saya cerita soal surat itu, kagetlah suami, ternyata dia belum tahu dan baca. Terharu, komentarnya.


Sabtu, 06 September 2014

Mengadopsi HS

Pertama kali kenal Home Schooling (HS) melalui tulisan-tulisan teman di blog multiply tahun 2008 an (sekarang udah ga ada multiply) dan langsung tertarik tapi tidak untuk melakoninya (memilih HS) karena merasa berat. Berat karena merasa tak mampu dan ego. Ego ingin memiliki waktu luang untuk diri sendiri. Gak HS aja rempong apalagi HS – bukan tipikal mama yang baik dan belum siap total heuheu.

HS membuka mata saya mengenai konsep setiap saat, apapun bentuknya, seorang anak belajar. Saya mulai belajar, melalui waktu bersama si kecil dengan kesadaran penuh. Emang selama ini ga sadar? Ya, begitulah, saya lebih banyak membiarkan semuanya mengalir tanpa dipikirkan.


Contoh kecil, 

Senin, 25 Agustus 2014

17 Agustus –an

Bisa dibilang ini pertama kali Azka dan Khalifah merasai kemeriahan 17 agustus. Tahun sebelumnya di perumahan tempat kami tinggal ini tidak ada acara 17 an. Tahun-tahun sebelumnya, saat kami masih tinggal di Bogor, Azka terlalu kecil untuk ikut serta.

Kami mengikutsertakan Azka dan Khalifah lomba merias sepeda. Persiapannya mendadak, malam sebelum hari H kami mencari bahan untuk meriasnya sampai ke pamulang. Seru, karena kita berempat mengerjakannya, sesekali di selingi beda pendapat dan selera. Menurut mama atau Abi bagus, belum tentu menurut Azka dan Khalifah.

Dan inilah sepeda riasnya :




Walaupun kalah, anak-anak senang, karena semua peserta dapat hadiah .


Oh yaKhalifah juara 2 lomba memasukkan bendera. Kaka Azka tidak juara di lomba lain karena kalah saat masuk final dan bersaing dengan anak-anak kelas 3 dan 4 sd.

Senin, 18 Agustus 2014

Mama dan Gadget #celoteh

Akhir-akhir ini mama makin sibuk, gadgetan terhitung sejak gabung di grup WA teman-teman kuliah, bertambah sibuk sejak buku mama lauching. Mama bikin promo kuis d fb.

Sudah berkali-kali Azka dan Khalifah menunjukkan gejala tak suka.
'Ih, mama sms an melulu,' kata Azka sambil mendesah kesal.
kalau Khalifah; Mama, kok mmss an melulu? wajah innocentnya menatap saya dengan penuh rasa ingin tahu.

Keduanya hanya tahu kalau mama pegang hp atau tab ya untuk  sms an, bukan buka medsos (lha iyalah mereka kan gak tahu medsos heheh)

Hari ini Azka kembali protes
"Mama ngapain sih tiap hari sms an melulu, bukannya temenin aku main."
Mama nyengir, meletakkan handphone dan mendekati Azka.
"Mama nanti kemasukan setan lho, abisnya diam melulu." Maksud Azka mama kalau pegang hp atau tab, diam.

Mama lagi pengen eksis, niatnya naikin traking, biar banyak yang kenal mama, kenal blog mama terus ada tawaran postingan berbayar atau nyuruh nulis, begitu Nak.

Tapi teguran ini cukup menyentil mama, untuk bisa menentukan prioritas. Jadi, mama memang harus begadang buat medsos an dan nulis blog.

Kamis, 17 Juli 2014

Sekolah Berangkat Sendiri

Hari keempat sekolah, Azka merengek gak mau dianter mama tapi pengen ngojek. Alasannya udah lama aku gak pergi sekolah sendiri. Saat TK Azka di antar jemput sekolah sama pak satpam perumahan kami dengan motor, langganan ojek perbulan.

Sekolah Azka lumayan jauh jadi kami memutuskan Azka langganan antar jemput mobil sekolah. Tapi mulainya abis lebaran. seminggu ini rencananya mama yang antar tunggu sekolah, supaya kalau ada pengumuman apa-apa dari sekolah mama tahu dan mama mau kenalan sama-sama mama teman Azka supaya kalau ada apa-apa, walaupun jarang nongol di sekolah info soal sekolah up date.

Jadi permintaan Azka naik ojek saya tolak , Azka nangis dan tetap maksa pengen naik ojek sendiri.
Abinya jadi marah dan mengancam Azka gak usah sekolah hari ini. Tangis Azka makin menjadi tapi akhirnya mau dianter mama.

Masa-masa Azka masuk sekolah selalu berlalu tanpa 'drama' Azka pengen dianter dan ditunggu mama, juga saat dia pertama kali masuk play group, mungkin krn terbiasa di tinggal mama kerja. Sekarang mama udah di rumah, kira-kira nanti Khalifah kalau masuk sekolah ada 'drama' gak ya....

Rabu, 16 Juli 2014

Buka Puasa di Mesjid

Azka : Ma, aku nanti buka puasa di mesjid ya?
Pertanyaan ke sekian kalinya selama bulan ramdhan-puasa gak puasa Azka tajil di mesjid karena bersamaan dengan pengajian sore di mesjid usai.
Mama : Iya
Mama gak pernah melarang Azka tajil di mesjid.
Azka : Nanti aku bawain mama hadiah, lontong dua.
Itu baru pertama kali diucapkan Azka padahal setiap tajil di mesjid selalu membawa oleh-oleh lontong isi oncom pedas kesukaan mama hehehe

Selasa, 08 Juli 2014

Ramadhan Pertama

Belajar puasa
Hari pertama Azka puasa ‘full’ sampai sore. Sebenarnya gak full banget, karena sekitar jam 11 Azka dengan sembunyi-sembunyi minum air putih tapi tertangkap basah hehehe. Saya ingatkan kesalahan itu dan memintanya melanjutkan puasa sampai magrib.
Hari kedua, sebelum jam 10 pagi Azka sudha merengek minta buka karena melihat adiknya makan. Kami menahan keinginannya sampai jam 12 siang.
Hari ketiga, Azka puasa ‘full’, tapi pas adiknya bangun tidur (pagi) Azka mengajak adiknya minum susu kotak barengan. Waktu saya tegur dengan polos Azka bilang,”Kan tadi pas sahur aku belum minum susu.”
Hari keempat, Azka puasa sampai jam 12.

Tarawih
Tahun ini ramadhan pertama untuk saya tawarih di mesjid, setelah 6 tahun sebelumnya selalu di rumah dengan alasan jaga anak. giliran mba nya tarawih di mesjid. Tahun ini pun umur Khalif sudah 2 tahun 8 bulan, sudah mulai mengerti saat di nasehati harus diam dan tertib walaupun gak 100%. Namanya anak-anak, lihat anak-anak lain tertawa-tawa dan lari-lari, ikut lari. Suasana mesjid memang sedikit berisik karena banyak anak-anak.
Mesjid di perumahan ini terdiri dari dua lantai, tarawih di adakan di lantai 2, tapi sebagian ibu-ibu sholat di lantai 1 karena sudah tua (gak bisa naik tangga katanya) dan bawa anak, termasuk saya.

Alasan saya mungkin sama dengan ibu-ibu lain, membawa anak-anak ke mesjid sekaligus sebagai ajang pembelajaran. Tapi beberapa ibu terlihat sangat terganggu dengan kehadiran anak-anak, ini membuat saya tak enak hati dan makin mencereweti kedua si kecil saya untuk duduk manis dan tertib karena ini di mesjid tempat orang berdoa, tapi biasanya hanya tahan beberapa menit. Tapi mereka cukup mengerti, tidak teriak-teriak berlebihan.

“Aku ga berisik  Ma, jalan aja, mulutnya di tutup,” janji Azka.
Hari ketiga tawawih di mesjid, saat tarawih rakaat ke tiga Khalifah berteriak kalau dirinya, dengan panik saya menyudahi sholat (duh klo pup jatuh ke sajadah mesjid kan rempong, malu sudah barang tentu) melipat mukena, mukena Azka juga dan setengah berlari mengendong Khalifah pulang. Untung jarak rumah hanya 500 meter dari mesjid.

Toilet mesjid sedang di renovasi total, pancuran untuk wudhu pun di pasang darurat.
Saya tidak mengenakan Khalifah diaper karena sejak bebas diaper beberapa bulan lalu, dia suka menolak saya pakaikan.

Gagal deh tarawih di mesjid.

Selasa, 03 Juni 2014

Sayang Abi

Suami saya kerap iri melihat bagaimana kedua anak kami, Azka dan Khalifah, mengungkapkan rasa sayangnya pada saya. keduanya suka minat dipeluk dan mencium saya tanpa diminta.

Bukan berarti mereka lebih sayang sama saya dari pada Abinya lho, hanya sepertinya mereka memiliki cara berbeda untuk mengungkapkannya. Jika Abinya libur kerja dan ada di rumah, Khalifah pasti memaksanya main mobil-mobilan. Kalau Azka, mulutnya yang tak bisa diam, cerita ini itu. Kontak fisik seperti peluk, cium dan gelendotan mereka ke Abinya kurang di banding ke saya. Dan keduanya kompak tidak mau didekati Abinya saat menjelang tidur, malah di usir.

Salah satu sebabnya mungkin karena mereka tidak pernah melihat Abinya saat menjelang tidur karena pekerjaan (plus macet, dedikasi dan passion, katanya-karena tak ada jam lembur untuk posisinya) selalu pulang  malam hampir setiap hari kerja.

Jadi momen yang saya tangkap dengan kamera beberapa minggu lalu ini adalah hal yang langka. Tiba-tiba Khalifah yang main balok dan mobil-mobilan naik ke punggung Abinya  dan tiduran di sana tanpa sepatah katapun terucap.



postingan ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Cimoners katagori FOTO

Minggu, 11 Mei 2014

Bermain itu seru dan asik!

Putri kami Azka sulit sekali di minta tidur siang dan mulai menular pada adiknya Khalifah (2y6m). Bukan karena tidak bisa lepas dari gadget atau nonton lho. Untuk dua hal itu saya cukup ketat. Gadget hanya weekend, hari biasa kalau  kepepet, misal untuk meredakan tangisan Khalifah saat ditinggal sholat atau masak.

Nonton saya satu jam pulang sekolah dan satu jam sebelum magrib. Sisanya kalaupun tidak tidur siang, no tv no gadget. Jadi apa yang dilakukan Azka jika tidak tidur siang? Azka tak pernah kehabisan ide untuk main sendiri atau berdua Khalifah, apalagi jika sama teman-temannya, rumah dan pekarangan  jadi kapal pecah.
Ancaman, kalau tidak tidur siang, nanti sore tidak boleh nonton tidak mempan. Jadi biasanya saya memaksa Azka tidur dengan mengeloninya, tapi tidak selalu berhasil, lebih seringnya saya ketiduran, Azka bangun dan main sendiri.  Niatnya mencoba tegas tapi sering berujung emosional. Memarahinya lalu menyesalinya. Akhirnya, saya lebih sering membiarkan Azka tidak tidur siang.



Sisi positif hobi bermain Azka yang saya lihat dan sangat menonjol adalah, ia tumbuh menjadi anak yang cukup percaya diri. Tidak  perlu waktu lama beradaptasi jika kami bawa ke tempat baru. Misal ke mall, tempat eduwisata, ke rumah kerabat atau teman kami (saya atau suami). Jika dia melihat anak seusianya ada di sekitar situ, dia akan berinisiatif mendekatinya, awalnya dengan wajah malu-malu sambil senyum-senyum, tak lama terlihat keduanya tertawa-tawa. Sayangnya Azka selalu lupa menanyakan nama teman barunya. Dan tak takut mencoba hal baru dan suka berimajinasi.


Menonton video Kids Today Project dari Rinso Menjadi Seorang Anak Kecil Indonesia makin membuat saya belajar melihat dunia bermain anak-anak dari kaca mata mereka. Tak memaksakan kehendak tapi tak bosan menasehati dengan penjelasan sebab akibat. Membantu memuaskan keingintahuan mereka walaupun rumah jadi berantakan dan pakaian mereka kotor. Saya pun jadi ingin tahu kenapa Azka suka sekali bermain,”Kenapa sih pengen main terus?” sebuah pertanyaan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

“Soalnya main itu seru dan asik!” jawab Azka sambil nyengir.



Semoga bukan hanya saya, mama yang terinspirasi dengan video - video kampanya Kids Today Project Rinso Indonesia. Menginspirasi untuk belajar memahami dan memandang dunia anak-anak dari kaca mata mereka. Tidak mudah memberi label nakal karena paham bermain adalah cara mereka belajar. 

Tulisan ini diikutsertkan dalam kompetisi blog Kids Today Project Rinso Indonesia

Sabtu, 10 Mei 2014

Kebutuhan Rasa Aman Anak-anak



Menonton video kids Today Project yang di gagas Rinso membuat saya merenung. Bagaimana kedua si kecil saya beradaptasi dengan ‘keriuhan’ kota besar di mana mereka tinggal.  Bisa dikatakan, saya memaksa anak-anak beradaptasi. Dari soal macet, banjir, dan pembatasan area bermain karena khawatir adannya pelaku kejahatan dan penculikan.

Si kecil Azka sudah merasai berdesakan di komuterline dan busway. Dengan polosnya dia berteriak,”Mama, panas banget sih!” “Mama, kok bisnya gak jalan-jalan. “
Pada saat bersamaan, Azka memasuki tahap merasa dirinya sudah besar dan bisa melakukan segalanya sendiri, termasuk melindungi diri sendiri. 

“Ok, nanti kalau ada yang pegang-pegang, aku tendang, Ma.” Atau,”Ma, aku bisa kok ke warung sendiri, kalau ada penculik, aku nendang dan pukul saja.” Atau,”Kalau ada mobil atau motor aku kepinggir kok, Ma.”

“Kalau gak ada penculik aku boleh pergi sendiri ke mana-mana ya, Ma.”
“Iya.”

“Kalau aku nanti jadi polisi, aku tangkap semua penculik anak kecil.” Yap, si kecil Azka ingin bisa bermain, ke warung, dan  sepeda keliling komplek sendiri dengan rasa aman tak heran, Azka kerap berkhayal jika sudah besar Azka ingin menangkap penculik dan pelaku kejahatan, menjadi polisi. Walaupun cita-citanya masih berubah-rubah tapi jika menyangkut kata penjahat dan penculik, seketika keinginannya menjadi polisi mencuat.



Keamanan anak-anak tanggung jawab siapakah?
Saya yakin, semua orangtua khususnya yang memiliki anak kecil, memiliki kekhawatiran yang sama dengan dengan saya. Apakah anak-anak kita aman saat melepaskan untuk bersekolah dan main? Terlebih setelah ada beberapa kasus pelecehan seksual terhadap anak baru-baru ini.

Anak-anak umumnya belum  menyadari bahaya pelecehan seksual yang mengintai mereka  karena mereka belum paham. Seperti rentetan pertanyaan Azka (6y) saat saya menerangkan soal bagian tubuhnya yang harus di tutup dan dilindungi. Kenapa di sebut daerah pribadi, Ma? Kenapa orang mau memegangnya, Ma? Di sakiti gimana, Ma?

Menurut saya rasa aman yang dibutuhkan seorang anak agar bisa menikmati masa ‘bermainnya’ dan tumbuh kembangnya optimal, haruslah di bangun secara kolektif, tidak cukup dengan pembekalan dari orangtua, sistem harus mendukung. Menciptakan sistem agar sekolah aman dari kasus pelecehan seksual dan kekerasan. Bukan hanya mengandalkan teknologi tapi membangun komunikasi antara guru, murid dan wali murid dengan intens dan efektif. Mungkin di sini peran POMG  (persatuan orangtua murid dan guru) yang ada di tiap sekolah perlu ditingkatkan.

Dan sistem dalam pemerintahan yang mendukung agar pelaku pelecehan seksual dan kekerasan pada anak dihukum berat.

Saya berharap video Rinso Kids Today Project ini menggugah semua pihak, bahwa anak-anak perlu dukungan kita, orangtua dan sistem, untuk beradaptasi dengan ‘keriuhan’ kota dan menciptakan rasa aman untuk tumbuh kembangnya.


Anak adalah tunas dan generasi penerus bangsa, apa jadinya jika sebagian dari mereka tumbuh dalam kondisi trauma atau kungkungan ketakutan karena sistem tidak mendukung  mereka merasa aman?  Masa bermain mereka akan hilang yang artinya salah satu proses pembelajaran alamiah mereka mati.

Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KidsTodayProject Rinso Indonesia

Rabu, 07 Mei 2014

Semut dan Tinggi Badan Mama


“Ma, semut makannya apa?”  tanya Khalifah (2y6m) tiba-tiba.
“Ehm, gula sama makanan sisa.”
Beberapa jam kemudian Khalifah pup dan saat saya tengah mengcebokinya dia berkata,”Ma, kalau semut di kamar mandi makannya air.”
                                                
“Ma, kok mamanya Sekar besar, kalau mama enggak?” tanya Azka tak terduga.
Setelah mikir beberapa detik mama menjawa,”Karena makannya banyak.”
“Emangnya mama makannya sedikit ya?”
“Iya.”
“Kenapa?”
Mama bingung gak bisa jawab.
“Ih, mama kenapa? Kenapa mama makannya sedikit?”
“Azka nanti mama jawab di rumah ya.”
Beberapa hari kemudian. Saat mama  depan lapi, Azka keluar dari kamar dan berkata,”Mama, kok mama orang-orang tinggi, mama enggak?”

Mama bingung tapi dalam hati menjawab, memang dari sananya Azka. Mama juga pengennya tinggi semampai hahahha

Senin, 05 Mei 2014

Tetaplah Tersenyum, Nak...


Setelah menonton Rinso Kids Today Project di atas, saya jadi teringat ekspresi Azka Zahra (6y) putri kami,  tiga hari lalu. Waktu itu dia merengek minta main air banjir. Perumahan kami memang selalu tergenang banjir setiap kali hujan tapi tak pernah sampai masuk rumah, air itu berasal dari luapan saluran air. Saya tidak langsung meluruskan permintaanya. Minggu-minggu pertama kami pindah ke sini, sekitar 10 bulan lalu, kami suka meluruskan permintaan mereka main air banjir, alasannya biar mereka merasakan sensasinya.

main banjir
Namun dengan pertimbangan kesehatan, periode itu kami kurangi sampai akhirnya melarangnya. Kalau pun memberi ijin  main hujan-hujanan tidak di depan rumah, tapi di pekarangan belakang yang berlantai semen, jadi  tidak terkontaminasi air banjir.

Saya melongokkan badan melalui daun pintu. Hujan  sudah reda, air di depan rumah sudah menurut tinggal semata kaki.
“Mama, tapi kan aku sudah lama tidak main banjir? Ya, ma...ya, ma
“Oke, tapi sebentar.”

Seketika mata Azka terbelalak detik berikutnya berteriak sambil berbalik,”Horee!”

Satu jam berikutnya saya menggerutui Azka karena ternyata dia tidak sekedar main air, tapi setengah berenang, setengah badan dan bajunya  penuh lumpur. Azka menekuk wajahnya saat saya menggerutuinya.

Saat menonton video  dan menuliskan ini, Azka sedang sekolah. Saya ingin memeluknya dan meminta maaf.

Saya baru sadar jika setiap anak memiliki wajah ‘bermain’. Ya, saya melihat kebahagian, rasa excited, dan mendengar renyahnya tawa si kecil  saat bermain tapi tak pernah bersungguh-sungguh berpikir apa sesungguhnya yang ada di benak mereka. Sebesar apakah kebahagian yang mereka pancarkan di raut wajahnya saat itu. Dan sebesar apa rasa kecewa dan sakit hatinya jika saat menggerutu atau memarahinya saat mereka pulang dengan  pakaiannya kotor atau membuat rumah menjadi berantakan.

Saya membuka album foto di komputer, mencari-cari ekspresi wajah bermain keduanya .

wajah 'bermain' Azka
wajah 'bermain' Khalif
Dan bukan sekedar wajah bermain yang saya lihat, juga  apa yang tengah mereka  pelajari. Belajar bersosialisasi dengan teman sebaya, belajar mencuci, belajar bagaimana terjadi hujan dan banjir, belajar makan sendiri, belajar berenang dan berkhayal. Belajaran yang tidak bisa di dapat dengan hanya duduk manis dan berpakaian rapih.

Semoga saya selalu diingatkan dan diberi kesabaran, saat mereka menghampiri dengan wajah 'bermain' namun dalam keadaan kotor atau membuat rumtah berantakan, bahwa mereka tak sekedar bermain tapi mengecap pengalaman baru, berpetualang dan belajar. Dan mereka butuh dukungan saya sebagai orangtuanya, karena besok dan besok dan besok mereka akan ‘berpetualang’ kembali. Playing is the beginning knowledge. Saya ingin melihat wajah 'bermain' mereka setiap hari, sebelum waktu bergegas menarik mereka menjadi dewasa.

urusan baju kotor serahkan pada ahlinya :)

Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi blog #KidsTodayProject Rinso Indonesia

Jumat, 25 April 2014

Sehari Tanpa Internet?! Sama dengan Membuang Uang, Waktu dan Kesempatan

Pertama kali mengenal internet sekitar tahun 2000- an, saat itu internet masih jadi ‘barang mahal’. Untuk bisa mengaksesnya harus ke warnet atau kalau mau gratisan ke perpustakaan jurusan tapi ngantri. Saya mengaksesnya hanya untuk mencari literatur atau jurnal ilmiah untuk tugas akhir (skripsi). Memasuki dunia kerja, bisa agak leluasa menggunakan internet di kantor, selain untuk  email dan urusan pekerjaan juga mulai kenal blog dan friendster. Baru pada tahun 2009, saya benar-benar leluasa mengakses internet karena saat itu saya  menempati rumah baru, memasang telpon rumah plus berlangganan  internet, setelah sebelumnya mendapat promo gratis (plus  modem tentunya) selama 3 bulan.


Suatu hari, modem saya sukses tersambar petir dan harus menunggu beberapa hari untuk bisa kembali normal. Setelah petugas menyatakan modem tidak bisa diperbaiki dan harus membeli yang baru. Untunglah saya masih bisa mengakses internet di kantor.

Jika sehari tanpa internet?! Ehm, apa rasanya ya...Yang pasti jika sehari tanpa internet terjadi secara global di seluruh dunia, akan kacau balau. Bagaimana tidak, semua transaksi perbankan terkoneksi dengan internet, sistem suplay chain manajement di perusahaan-perusahaan terhubung dengan internet agar terkoneksi dengan departemen terkait atau perusahaan cabang di luar negeri, sistem pembayaran beragam tagihan rumah tangga seperti air, listrik, telpon  dan leasing. Ribuan pesan dan transaksi jual beli online terhenti. Jadwal penerbangan terhenti. Terbayang kan berapa kerugian yang bisa terjadi? Atau malah mungkin terjadi chaos.

Dan internet tidak hanya penting untuk urusan pekerjaan formal di kantor-kantor, pelaku online shop, para pelajar atau mahasiswa.

Kamis, 24 April 2014

Hari Kartini

Baru sempat posting....

Hari Kartini jatuh pada tgl 21 April tapi penyelenggaraan di sekolah Azka diadakan tanggal 17 April karena hari senin gurunya rapat.
Azka merengek ingin pake baju daerah Bali.
“Memang tahu baju Bali seperti apa?”
“Tahu, yang pake rambut panjang segini,”
“Tahu dari mana?”
“Di sekolah tadi aku lihat di buku.”

Kebetulan di dalam perumahan ada salon yang selain menyewakan pakaian pengantin juga beragam baju daerah untuk anak-anak. Sayang  pada tanggal 17 pemilik salon sekaligus tukang rias ada agenda menghias di tempat lain jadi tidak bisa mendandani Azka. Kalau mama yang pasang baju Bali dengan kainnya itu pasti berantakan, belum makein rambut palsunya. Jadi dengan alasan simpel dipilihkan baju kebaya.

Baju di pinjam tiga hari sebelum hari H dan setiap pulang sekolah, Azka memakai kebaya lengkap dengan selopnya untuk main kesana-kemari. Hal baru untuknya.

Saat hari H sedikit  nyesal karena memilih kebaya, kesannya terlalu biasa untuk sebuah kenang-kenangan kartinian masa kecil.


Bukan apa-apa, berpakaian seperti ini kan gak setiap waktu dan tahun depan belum tentu di sekolahnya yang baru mengadakan acara seperti ini. Azka juga nampak sedikit cemburu (saya lihat dari tatapannya dan sesekali berkata, aku ingin pake baju seperti itu) dengan pakaian teman-temannya yang rata-rata blink-blink. Maafkan mama ya sayang...


Rabu, 23 April 2014

Mengenalkan Keanekaragaman Budaya Pada si Kecil Melalui TMII

Kunjungan ke Museum Indonesia di TMII

foto dokumentasi pribadi
Beberapa waktu lalu kami mengajak di kecil Azka Zahra (5y6m) ke Museum Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Awalnya sempat ragu mengajak Azka ke sana. Apa tidak akan membuatnya bosan karena apa yang dilihatnya di sana mungkin tidak menarik untuknya? Apa tidak akan membuatnya pusing karena apa yang dilihatnya tidak ia pahami maksudnya? Tapi ternyata kami salah. Azka antusias pada setiap artepak dan manikem yang dilihatnya. Terlebih ketika kami  sampai di bagian kekhasan daerah yang dimiliki saya dan Abinya (panggilan Azka untuk papanya). Ini lho baju padang, ini lho baju khas sunda, ini lho alat musik angklung, gamelan dan seterusnya. 

Yap, saat menginjak usia batita dan Azka mulai memahami apa yang didengarnya, dilihat dan diucapkannya, Azka mulai  sadar jika mama dan Abinya ‘beda’. Ia terheran-heran saat di Bandung (berlibur atau mudik) saya bicara dalam bahasa sunda dengan seluruh kerabat dan anggota keluarga di sana. Saat di Jakarta, Azka mengernyitkan dahi dengan bahasa dan logat bicara Abi dan kerabat di sana.

Sabtu, 19 April 2014

Pertanyaan-pertanyaan Khalif

Bulan ini usia Khalif 2 tahun 5 bulan dan ini adalah kalimat atau pertanyaan yang sering di ucapkannya akhir – akhir ini yang membuat saya tertawa karena kadang cara bicaranya yang sok serius dan diucapkan setengah berbisik, seolah sebuah rahasia.  plus kagum dengan pilihan katanya yang cukup runut untuk anak seusianya. 

“Ma, pipis warnanya apa?” tanya Khalifah setiap sehabis pipis.
“Ma, yang bodoh itu kancil karena dia nakal suka mencuri pisang.” Efek nonton film kartun yang di download dari youtube.

“Ma, di pengajian banyak anak-anak. lari di kejar. Jadi penjahat.” Setiap rabu dan jumat Khalifah diajak mengantar dan menunggui kaka ngaji di mesjid perumahan.

Hujan gerimis saat hendak berangkat ngaji, Khalifah bertanya,”Ma, hujan itu dari mana?”

Di lain waktu tiba-tiba Khalifah bertanya,”Ma, kesukaan mama apa?”


Kamis, 10 April 2014

Nonton Berita

“Ma, aku nonton ya,” kata Azka dengan nada hati-hati. Tahu mamanya suka nyolot kalau dimintai ijin nonton.
“Baru juga jam 4, belum ada film kartun,” Mama melirik jam di  dinding. “Masih berita.”
“Aku nyalain aja ya tv nya buat mama nonton. Kasian mama gak pernah nonton,” Azka cengengesan.
“Ga apa-apa mama gak nonton.”

“Tapi kan mama suka nonton berita.” Dalam hati mama tertawa. Heuheu ini yang nawarin nonton kok maksa. 

Aku mau dapat piala

Setiap hari rabu Azka les nari di sekolahnya. Bukan tari daerah tertentu dengan gerakan yang biasanya  sulit, tapi tari hasil kreasi gurunya. Tapi jika dilihat dari gerakan dan musik pengiringnya yang lembut , dugaan saya diadopsi dari gerakan tari daerah hanya yang diambil gerakan yang mudah dan gampang diingat anak.

Akhir bulan maret, Azka dan beberapa temannya terpilih mewakili sekolahnya di lomba tari se taman kanak-kanak Ciputat, yang diadakan di Perguruan Islam Asyukro .  Karena sekolah Azka datang pagi untuk melakukan daftar ulang dan persiapan (ganti baju dan dandan), jadilah sekolah Azka naik ke panggung urutan ke 3, dari 60 an peserta.

Niat kami tak menunggu acara sampai selesai tentunya, setelah  Azka tampil ya pulang. Tapi tanpa di duga Azka gak mau pulang. Ia  ingin menunggu sampai dapat piala.
“Iya, tapi aku ingin piala!”



Berbagai rayuan dan hadiah ini itu agar pulang Azka tidak bergeming malah nangis. ‘Keukeuh, pengen pulang dapat piala! Duh, kalau gak juara gimana?

Saya jadi teringat obrolan satu hari sebelumnya. Azka menemui saya dan berkata,”Ma, doain aku ya besok menang. Aku ingin dapat piala soalnya.” Saya sempat melongo beberapa detik sebelum mengiakan permintaan Azka. Ga nyangka Azka seserius itu menanggapi lomba Tari. Mama sendiri gak pasang target apa-apa, Azka terpilih saja sudah ‘sesuatu’.

Akhirnya kami meluruskan permintaan Azka menunggu. Bete sudah barang tentu. Untunglah sekitar jam setengah dua belas, kami berhasil merayu Azka untuk pulang, sementara di panggung masih ada peserta yang menari (katanya kemungkinan acara dan pengumuman pemenang jam 3 sore). Rayuannya mainan balok (karena di sana ada stand yang menjual mainan edukatif).

Hari seninnya saya mendapat kabar baik, katanya sekolah Azka meraih juara ke 3, satu dari 4 katagori penilaian yang dilombakan.

Azka masih keukeuh pengen piala di bawa pulang ke rumah. Untunglah pihak sekolah bersedia menggandakan (tapi yang mau bayar hehe) piala jika ada peserta tari yang ingin memiliki. 
Sampai ini ditulis, piala kw nya belum selesai xixixi. Btw, selamat ya Azka.


Kamis, 20 Maret 2014

Pertanyaan Azka

Akhir-akhir ini Azka suka sekali
menonton video klip lagu-lagu Maher Zein, salah satu video klip kesukaannya
lagu Number One For Me. Bercerita tentang kenakalan seorang anak di masa
kecilnya, kini setelah si anak dewasa, ia berjanji untuk selalu membuat ibu
tersenyum. Karena ibunya adalah orang nomor satu untuknya.

Di video itu, tergambar kenakalan
si anak tidak sekalipun membuat si Ibu marah, hanya wajahnya yang terlihat
lelah atau kesal. Untuk jelasnya bisa dilihat di bawah ini;



Dan setiap menonton video itu Azka selalu bertanya
“Kok, gak di marahin sich, Ma?”
Atau,”Mamanya kok gak marah, dia nakal, kan?”
Skat mat buat Mama. Tapi mama tidak mau nampak terlalu bersalah di depan Azka, maka Mama membela diri.

“Kalau nakalnya sekali memang jangan di marahin, kan anak kecil gak tahu kalau itu salah. Mama juga kan marah sama Azka kalau udah mama kasih tahu itu salah atau gak boleh tapi gak nurut.”

Entah jawaban itu belum Azka pahami atau lupa, besoknya setelah menonton video klip yang sama Azka mengulang pertanyaannya. Jawaban mama mirip-mirip yang pertama. Dan entah pada pertanyaan keberapa akhirnya mama mengakhiri jawaban pertanyaan Azka dengan permintaan maaf karena suka marah kalau Azka salah dan gak nurut.

Sejak pertanyaan itu pertama kali muncul sebenarnya mama sudah malu dan merasa bersalah karena mama kurang sabar. Mama kesel kalau Azka sudah mengulur waktu. Di minta sholat pasti mengulur waktu dengan mau ini itu dulu. Di minta matiin tv pasti selalu bilang 5 menit lagi. Di ajak mandi malah lari ke luar dan teriak,”Mandinya nanti aja!”

Sekali lagi, maafin mama ya Azka. Mama akan berusaha lebih sabar.

Jumat, 07 Maret 2014

Khalifah ‘Bebas Diaper’

Sekitar seminggu lalu Khalif resmi ‘bebas diaper’. Tidak sepenuhnya bebas karena kalau bepergian masih mengenakan diaper tapi di rumah tidak mengenakan karena Khalif  bicara mau pipis tepat sebelum pipis.  Mingu-minggu sebelumnya, bilang mau pipis setelah atau pas pipis. Bulan-bulan toilet training selalu sedikit merepotkan karena harus rela lantai di pipisin di sana-sini. Yang artinya gak lupa di pel, khawatir najisnya terinjak dan terbawa shalat.

Sebelum ‘bebas diaper’ saya jarang mengenakan diaper di malam hari pada Khalif karena penisnya mudah ruam dan menimbulkan gatal, jadi tengah malam rewel karena gatal. Jadi saya menggunakan sprei anti tembus. Biasanya Khalif ngompol dua kali dalam semalam, artinya dua kali ganti baju celana dan melap tubuhnya.

Sejak ‘bebas diaper’, Khalif menunjukkan gejala gelisah dan merengek gak jelas setiap mau pipis saat tidur malam, jadi saya segera membawanya ke kamar mandi. Yap, Khalif jadi punya kesadaran tidak pipis di tempat tidur.

Tapi ada satu ‘kerepotan’ setelah Khalifah ‘bebas diaper’, jika saya pakaikan diaper – misal saat bepergian – Khalifah tetap meminta buka celana dan pipis di kamar mandi.



Minggu, 16 Februari 2014

Stimulasi Kecerdasan dengan cara Seru



Playing is the begining knowledge. Melalui permainan  si kecil belajar banyak hal dengan cara menyenangkan, tidak hanya menstimulasi kecerdasan juga daya konsentrasi anak.


Konsentrasi atau pemusatan pikiran pada satu tujuan berperan penting saat memberikan stimulasi kecerdasan anak, anak dengan rentang konsentrasi panjang bisa menyerap sebuah stimulus dan melakukan suatu hal secara mudah dengan hasil memuaskan.


Beberapa permainan yang menstimulasi kecerdasan dan daya konsentrasi  yang disukai Azka Zahra (4y10m) putri kami ;


Bermain  peran
 
Setelah membacakan sebuah cerita/dongeng, saya meminta Azka berpura-pura menjadi tokoh yang ada dalam cerita itu dan mengulang salah satu adegan dalam cerita itu  atau menirukan suara dan gerak gerik binatang yang menjadi tokoh utama.

Misal, meminta Azka menjadi Wendy yang bersedih karena harus pulang meninggalkan negeri neverland di mana Peterpan berada. Dialog dilakukan secara spontan dan improvisasi.



Permainan  ini mendorong Azka berkonsentrasi mendengarkan cerita yang saya bacakan, membayangkan dan mengingat-ngingat percakapan para tokohnya. Singkat kata permainan ini menstimulasi kecerdasan bahasa, visual spacial (imajinasi) dan melatih saya konsentrasi Azka. 


Ma, lihat, aku jadi kucing , kata Azka

Melalui buku cerita juga saya menanamkan nilai kebajikan dan moral.



Berpetualang seperti Dora the explorer.
 
Dora dan Diego adalah tokoh kartun favorit Azka dan sampai saat ini Azka masih percaya kalau Diego dan Dora itu, ada seperti dirinya (bukan tokoh khayalan) J ini membuat Azka senang bermain  di luar rumah dan mengeksplorasi lingkungan sekitarnya. Tak perlu dua kali mengajak Azka melakukan permainan  hujan-hujan (tapi lengkap memakai sepatu boot, payung dan jas hujan J) atau layang-layang.


Cara ini menstimulasi kecerdasan naturalis dan gerak tubuh (motorik) Azka. Azka menjadi mudah memahami fenomena alam ketika saya memberikan penjelasan dan mengenal gejala alam. Seperti mendung tanda akan hujan, pelangi akan muncul setelah hujan dan sampah di sungai yang bisa mengakibatkan banjir.


Bermain di luar rumah juga membuat Azka berinteraksi dengan banyak teman sebaya dan ini membuat Azka belajar konsep meminjam, berbagi, bergantian dan memahami orang lain. Singkat kata, ini melatih kecerdasan interpersonal dan intrapersonal Azka.




bermain layang-layang bersama angin

Hujan hujanan
Permainan  gunting tempel, membuat origami dan membuat kreasi mister maker. 

Adalah cara saya mengasah daya imajinasi dan kreatifitas Azka.  Selain itu, permainan kreatif ini membuat motorik halus Azka berkembang cukup baik.

Hasil kreasi Azka


1.    Masak-masakan

Membiarkan Azka berimajinasi dan mengasah kecerdasan interpesonalnya karena bermain dengan temna sebayanya.

2.   Petak umpet

Permaian  favorit kami adalah petak umpet. Khalif tentu saja ikut serta, jadi saya bersembunyi atau menjadi kucingnya dengan Khalif dalam gendongan. Ini melatih imajinasi anak.
4. 


Saya percaya kedekatan emosi antara saya dan anak-anak berpengaruh besar terhadap perkembangan emosi mereka.



Beribadah bersama adalah cara saya merangsang kecerdasan spiritualnya.



Stimulasi semua kecerdasan anak  tentu bukan karena menginginkan mereka menjadi orang super tapi mencari potensi  kecerdasan terbesar yang dimilikinya (bakat) yang kelak akan menjadi skill untuk bekal kehidupannya (profesi)  yang perlu di topang oleh potensi kecerdasan lain dengan porsi berbeda. 

Ya, saya menginginkan si kecil Azka Zahra (4y10m) kelak sukses dalam kehidupannya. Sukses dalam arti luas; mandiri, berpengaruh positif pada lingkungan sekitarnya, cerdas secara spiritual, tangguh dan bahagia. Untuk mencapai itu saya perlu menstimulasi semua kecerdasan yang dimiliki Azka.


Nutrisi untuk Kecerdasan

Stimulasi  yang saya berikan tidak  akan membuat tumbuh kembang mereka optimal jika tidak dibarengi dengan pemberian nutrisi yang tepat.  Salah satunya DHA atau asama lemak omega 3 yang membantu   pertumbuhan otak, melindungi sel –sel otak serta memastikan otak dan retina mata bekerja dengan optimal. 



Stimulasi pun harus dibangun  dalam suasana hangat, penuh cinta dan kasih sayang. Atau penerapan  pola asah, asih dan asuh.  Karena merawat dan mengasuh anak dengan melibatkan perasaan cinta dan kasih sayang membantu tumbuh kembang dan kecerdasan anak lebih optimal.